Namaku Ibrahim Fantri Tedy Kurniawan. Demikianlah pemberian orang tuaku. Terlahir tanggal saat bendera infantri tepat tiba di Kodam pada tanggal 19 Desember 1993, membuatku mendapat sisipan nama Fantri. Hari infantri tentu hari yang istimewa bagi ayahku yang seorang TNI saat itu. Ibuku seorang paramedis, beliau mengabdikan baktinya di sebuah pusat layanan kesehatan di kota kecamatan yang tidak begitu luas di pinggiran kota Kendari. Aku merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Kakak sulungku bernama lengkap Nini Maryana Rayanti Sari Dewi. Usianya terpaut lima tahun denganku. Kakak keduaku bernama lengkap Dwi Putri Ayu Rizki Anggun Lestari. Usianya yang hanya terpaut setahun lebih denganku membuat kami sangat dekat.
Aku terlahir di sebuah Kota Kecamatan kecil yang saat itu
secara administratif masih dibawahi Kabupaten Buton, Kasipute. Saat ini Kota
Kecil Kasipute secara admnistratif telah dibawahi oleh Kabupaten Bombana yang
empat tahun silam baru memekarkan diri. Saat itu Kasipute hanyalah ibukota
kecamatan – Kecamatan Rumbia – yang meski tak bisa dikatakan tertinggal, tapi
juga tak bisa dikatakan maju dan mengalami modernitas.
Masa kecilku kuhabiskan di Kota kecil Kasipute bersama Ayah,
Ibu dan kedua saudaraku. Meskipun Ayahku seorang anggota militer, tapi tak
sekali pun kami mendapatkan didikan ala militer. Meski demikian, Ayah seorang
pekerja keras yang patut diteladani. Kami dapat melihat itu dengan jelas. Kunikmati masa kecilku di tengah lingkungan masyarakat suku
Moronene yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan adat istiadat, kerukunan
antar agama dan semangat sosialisasi
yang tinggi.
Pendidikan pertamaku kuperoleh di Taman Kanak Kanak
satu-satunya yang ada di Kasipute, TK Dharma Wanita. Sebuah taman kanak-kanak
yang hanya memiliki tiga ruangan. Sebuah ruang kelas, sebuah ruangan untuk
baris berbaris dan menyelenggarakan upacara bendera, serta sebuah ruang
bermain. Satu-satunya wahana permainan di sekolah pertamaku ada di halaman
berumputnya yang sempit. Sebuah ayunan yang menjadi rebutan banyak siswa di
waktu bermain.
Saat umurku hampir memasuki usia tujuh tahun, aku memasuki
sebuah Sekolah Dasar favorit mayoritas orang tua di Kasipute, SDN 3 Kasipute.
Sekolah itu menjadi favorit karena banyaknya prestasi yang diraih muridnya.
Sama sekali bukan karena kelengkapan fasilitasnya atau kemewahan ruang
kelasnya. Selain karena kualitas, sekolah itu tak beda dengan sekolah lainnya.
Ubin semen persegi empat yang setiap hari harus dibersihkan oleh para siswa,
perpustakaan kecil tanpa rak buku, plafon
yang lapuk di beberapa ruangan, dan dua kantin kecil yang selalu penuh
sesak oleh siswa di jam istirahat. Itulah sekolah tempatku menghabiskan tahun
pertamaku di sekolah dasar. Karena di tahun kedua ayahku dipindahtugaskan ke
ibukota propinsi Sulawesi Tenggara, Kendari. Kota yang akan kami ceritakan
dengan bangga pada teman-teman sekolah kami sepulang dari berlibur panjang.
Semua mimpi anak Kasipute ada di Kendari. Kota yang mempopulerkan sejumlah mode
pakaian yang dengan cepat akan ditiru oleh warga Kasipute. Kendari menawarkan
barang kebutuhan dengan harga yang jauh lebih murah dari yang bisa kami
dapatkan di Kasipute. Di Kendari, semua makanan ringan yang aku lihat di
reklame televisi setiap hari Minggu tersedia di swalayan-swalayan. Sesuatu yang
tidak akan aku dapatkan di kotaku, Kasipute.
Kehidupan di Kota Kendari sangat melegakan kami. Di sinilah
cita-cita kami berlabuh. Rumah yang lebih besar yang dibangun dengan tenaga dan
pikiran kedua orang tuaku menjadi istana kecil kami. Tempat dimana kami
memimpikan hal-hal yang jauh lebih besar dari sekadar Kendari. Kami mulai
berani memimpikan pulau Jawa, bahkan negeri Sakura, sebagai daerah tujuan masa
depan kami.
Aku menempuh pendidikan Sekolah menengah Pertamaku di SMPN 5
Kendari, sebuah sekolah yang baru merintis untuk menjadi sekolah berbasis
internasional saat aku menginjak tahun ketigaku. Sekolah yang membuatku
menemukan sahabat-sahabat baru yang terus bersamaku hingga saat ini, saat aku telah
duduk di salah satu sekolah bergengsi di Kota Kendari. SMAN 4 Kendari adalah
cita-cita banyak orang tua, dan mimpi anak-anak mereka. Aku salah satunya.
Sekolah yang baru merintis diri menjadi sekolah berbasis internasional ini
berjarak cukup jauh dari rumahku yang bersembunyi di sebelah timur kota
Kendari. Namun cita-cita membawaku hingga ke sini. Dan aku akan
menyelesaikannya hingga benar-benar sesuai keinginanku.
Setelah selesai menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Negeri 4 Kendari, saya pun melanjutkan untuk mengejar cita-cita untuk menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Saya berprinsip, di manapun kita mengeyam
pendidikan tidak akan mempengaruhi kesuksesan kita di masa depan. Semua
tergantung dari DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, Dan Tawakkal). Dan akhirnya aku lulus
dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan menempuh pendidikan
tinggiku di salah satu universitas negeri di daerah selatan pulau Sulawesi.
Universitas itu adalah Universitas Negeri Makassar. Sesuai dengan minat dan
bakat yang saya miliki, saya mengambil jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Prodi
Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer. Sampai saat ini saya terus menekuni
bidang studi tersebut sampai saya menggapai cita-cita saya yaitu menjadi
seorang programmer yang hebat.
Saat ini saya telah berhasil meraih gelar sarjana saya
setelah menjalani pendidikan kurang lebih tiga setengah tahun. Mencari gelar bukanlah
tujuan utama dalam hidup saya. Sebagai salah satu alumni institusi pencetak
guru terbaik di Indonesia Timur, saya mewarisi tugas yang sangat besar, yakni
untuk mencerdaskan bangsa, tentunya di bidang yang saya tekuni, yakni teknologi
informasi dan komputer. Sampai saat ini saya terus belajar untuk mengembangkan
diri. Saya berencana untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang strata dua di
luar negeri. Namun sebelum itu, saya ingin mencari pengalaman dalam dunia
kerja.
Sekarang saya sedang meniti karir saya di bidang pengembangan
perangkat lunak. Kebanyakan teman-teman saya menyebut saya sebagai seorang
programmer aplikasi. Namun, saya lebih senang menyebut diri saya sebagai tukang
ketik kode dan tentunya bukan sembarang kode. Kode-kode itulah yang Insya Allah
akan mengubah dunia kedepannya. Saya bekerja sebagai seorang freelancer
programmer pada sebuah startup yang terbentuk di Kota Makassar, Sulawesi
Selatan, yaitu YoungDev12. Startup tersebut masih sangat muda dan karena itu
kami masih mengerjakan proyek kecil-kecilan yang penting halal.
Dalam hal skill, saya tidak sehebat
programmer-programmer seperti Sidiq Permana, Mega Denditya, dan kawan-kawan.
Saya masihlah sangat muda dalam dunia pengembangan perangkat lunak. Oleh karena
itu, untuk meraih cita-cita saya menjadi seorang programmer yang hebat saya
menghabiskan setiap waktu dan kesempatan saya untuk belajar walaupun bukan
dalam sebuah institusi karena prinsip saya belajar itu dapat dilakukan di
manapun, kapanpun dan oleh siapapun. Beberapa Bahasa permrograman yang pernah
saya gunakan antara lain Visual Basic, Visual Basic .Net, C++, Java, Pascal,
Python, HTML, CSS, Javascript dan PHP. Saya juga senang bermain dengan
mikrokontroler menggunakan Bahasa Basic antaupun Bahasa C pada Arduino. Saat
ini saya lebih mendalami Visual Basic .Net, HTML, CSS, Javascript dan PHP. Saya
pernah mengerjakan beberapa project aplikasi baik berbasis desktop, web dan
juga mobile.
Untuk
meninggalkan pesan, kritik dan saran ataupun ingin menyumbangkan postingan / materi ke dalam Rumah Edukasi Kendari silahkan melalui beberapa informasi kontak
di bawah ini:
Email : ibrahimftkurniawan@gmail.com
Facebook : Ibrahim Fantri T. Kurniawan
Twitter :
No.HP : 085656411768 / 085298917871
Pin BBM : 5ECD3AC1
0 comments:
Post a Comment